Ecology
Media by Marshall Mc Luhan
HISTORICAL
EKOLOGI MEDIA
Neil Postman adalah tokoh yang pertama memperkenalkan secara formal
istilah Ekologi Media pada tahun 1968. Stephen W.
Little Johnmenyebutnya dengan nama Teori Medium. Beberapa pakar
bahkan ada yang menamainya Teori Determinisme Teknologi. Istilah
yang terakhir ini tidak terlalu mendapat tanggapan karena terkesan berlebihan.
Dasar dari teori ini adalah sebuah pernyataan yaitu: “khalayak seolah
digambarkan bersifat pasif dan terpisah dengan teknologi”. Padahal dalam
konsep teori ini, khalayak justru dapat memperoleh kemampuan aktif dan tidak
terpisahkan dengan media.
Menurut Ricard West dan Lynn
H. Turner (2008), Lance Strate mendefinisikan Ekologi Media sebagai:
“Kajian mengenai
lingkungan media, ide bahwa teknologi dan teknik, mode penyampaian informasi
dan kode komunikasi memainkan peran utama dalam kehidupan manusia”.
Adapun penamaan Teori Medium diberikan karena
secara khusus dalam teori ini dikenal istilah “medium adalah pesan” (medium
is the message)[1].
Dalam perspektif teori ini, bukan pesan yang
mempengaruhi kesadaran kita tetapi medium. Mediumlah yang lebih besar
mempengaruhi bawah sadar kita. Medium membentuk pesan, bukan sebaliknya.
Misalnya:
Berita demostrasi di Mesir yang menuntut mundurnya Presiden Husni
Mubarak pada akhir Januari – Februari 2011.
Bandingkan respon publik jika mereka diterpa
berita itu melalui koran dengan televisi. Koran adalah medium. Televisi adalah
medium. Untuk pesan yang sama seperti berita demostrasi di Mesir, apakah medium
itu juga mempengaruhi kesadaran kita dengan kualitas yang sama?
Konsep dasar teori ini pertama kali dikemukakan
oleh Marshall McLuhan (1964). Pemikirannya banyak dipengaruhi
oleh mentornya, ekonom berkebangsaan Canada, Harold Adams Innis (1951).
McLuhan adalah ilmuwan sekaligus kritikus sastra
berkebangsaan Canada. Ia menggunakan puisi, fiksi, politik, teater musikal dan
sejarah untuk menunjukkan bahwa teknologi yang menggunakan media membentuk
perasaan, pikiran, dan tindakan manusia. McLuhan menyatakan bahwa kita memiliki
hubungan yang sifatnya simbiosis dengan teknologi yang menggunakan media.
Manusia menciptakan teknologi, dan sebaliknya teknologi tadi membentuk manusia.
Inilah yang menjadi konsep dasar dari teori ekologi media.
Asumsi
teori ekologi media
1. Media melingkupi setiap tindakan di dalam
masyarakat atau Dalamsebuah media yang terpenting adalah teknologinya, bukan
isinya.
Dalam perspektif McLuhan, media tidak dilihat
dalam konsep yang sempit, seperti surat kabar / majalah, radio, televisi, film,
atau internet. Dalam konsep yang luas, McLuhan melihat medium sebagai
apa saja yang digunakan oleh manusia. Termasuk jam dingding, angka, uang,
jalan, bahkan permainan adalah medium. Jadi maksud disini adalah:
Dalam berkomunikasi, manusia mungkin saja tidak
menggunakan media massa. Tetapi mereka tidak dapat menghindarkan diri dari
berkomunikasi dengan menggunakan suara, kata, isyarat, yang memediasi mereka
dalam menyampaikan pesan (baca: medium).
Contoh:
Dalam keadaan sendiri di hutan belantara, gurun,
atau laut sekali pun, manusia senantiasa dikelilingin medium yang membawa pesan
yang dapat diinterpertasikannya. Meski medium itu hanya berupa suara binatang,
gemuruh angin, atau riak gelombang.
Kisah radio dan televisi sebenarnya menjadi dasar
teori ini lahir. Jauh sebelum TV ditemukan orang lebih familiar
dengan radio dan koran, dan saat itu kedua media massa itulah yang merajai
masyarakat.
Namun, ketika televisi lahir, masyarakat pun
berbondong-bondong meninggalkan radio dan koran yang dianggap isinya tidak
lagi memenuhi kebutuhan masyarakat. Yang sebenarnya terjadi, bukan isinya lah
yang dinikmati oleh masyarakat, tetapi teknologi yang ditawarkan oleh televisi
itu sendiri.
Berbeda dari radio dan
koran yang hanya mengusung teknologi audio atau teknologi visual saja, maka
televisi kala itu hadir dengan kombinasi hebat dari dua teknologi tersebut:
audio dan visual. Inilah yang menjadikan televisi kemudian hadir menggantikan
radio dan koran kala itu.
2. Media memperbaiki persepsi kita dan
mengorganisasikan pengalaman.
Dalam asumsi kedua teori Ekologi Media melihat media
sebagai sesuatu yang langsung mempengaruhi manusia. Cara manusia memberi
penilaian, merasa, dan bereaksi cenderung dipengaruhi oleh media. Dalam asumsi
ini McLuhan menilai media cukup kuat dalam membentuk pandangan kita atas dunia.
Itulah mengapa kita menyebutnya EKOLOGI. “Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya.”[2] Media akan terus berubah seiring
dengan pertumbuhan dan dinamisme masyarakat, akan terus berubah seiring dengan
kebutuhan masyarakat. Dan sebaliknya, masyarakat pun berubah mengikuti
perubahan media.
3. Media menyatukan seluruh dunia.
Dalam asumsi ketiga teori ekologi media
menyatakan bahwa setiap pertistiwa atau hal yang dilakukan di belahan
dunia lain, dapat diketahui atau menjalar ke belahan dunia lain. Akibat
dari hal tersebut, McLuhan menyebut, manusia kemudian hidup di sebuah desa
global(global village). Media seolah mengikat dunia menjadi sebuah
kesatuan sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar.
Konsep Global Village berarti
tidak akan ada lagi batasan antar belahan dunia manapun untuk saling mengetahui
kegiatan satu sama lain. Apa yang terjadi di belahan Kutub Utara misalnya dalam
hitungan sepersekian detik akan dengan mudah diketahui pula oleh masyarakat di
belahan Kutub Selatan. Dengan adanya internet, membuat kita mempermudah semua
hal itu. Dengan menggunakan social media¸memudahkan kita untuk
berinteraksi dengan SIAPAPUN dan DIMANAPUN.
Memahami
Sejarah Media
ERA TRIBAL
“Era dimana tradisi lisan dianut dan pendengaran
merupakan indra yg sangat penting”.
Orang belum mengenal tulis menulis. Di masa ini,
menurut McLuhan, budaya berpusat pada telinga. Orang mendengar tanpa memiliki
kemampuan untuk menyensor pesan-pesan. Konteks komunikasi hanya bersifat tatap
muka.Ini yang membawa masyaraka kolektif.
ERA MELEK HURUF
“Era dimana komunikasi tertulis berkembang pesat
dan mata menjadi indra yg dominan”.
Era ini ditandai dengan pengenalan
abjad. Konteks komunikasi sosial sudah bersifat tidak langsung karena dapat
diwakili oleh tulisan. “Dunia tertulis” memberi konsekuensi lahirnya masyarakat
individualistis.
ERA CETAK
“Era dimana mendapatkan informasi melalui
kata-kata tercetak dan penglihatan merupakan indra yang dominan”.
Di era ini McLuhan menyebut buku sebagai
“mesin pengajar pertama”. Segala macam tulisan dapat diduplikasi dengan
jumlah yang banyak. Di era ini teknologi yang utama adalah percetakan dengan
mengandalkan penglihatan sebagai indera yang dominan. Sama dengan era melek
huruf.
ERA ELEKTRONIK
“Era dimana media elektronik melingkupi semua
indra kita,memungkinkan orang-orang di seluruh dunia untuk terhubung”.
Dalam era ini Media menjadi perpanjangan
hampir seluruh indera manusia. Telepon dan radio perpanjangan tradisi
lisan. Televisi perpanjangan penglihatan dan pendengaran. Komputer / internet
juga hadir sebagai perpanjangan seluruh indera dengan menggabungkan ragam media
(cetak, audio, visual) hingga ia disebut multimedia.
Komputer merupakan hal yang paling luar biasa
dari semua busana teknologi yang pernah diciptakan karena komputer merupakan
perpanjangan dari sistem syaraf pusat kita.
MEMPERKIRAKAN
TEMPERATUR MEDIA
Untuk memahami perubahan structural besar dalam pandangan hidupa
manusia (McLuhan, 1964, hal VI) McLuhan mengklasifikasikan media menjadi 2
jenis yaitu:
1. MEDIA PANAS
Media Panas (Hot Media) adalah media yang menuntut
sedikit dari pendengar, pembaca atau para penonton. Pada intinya, manusia
tidak dituntut apa-apa hanya menikmati yang sudah ada.
Contohnya:
· Ketika kita sedang menonton bioskop, kita akan
duduk, menonton, bereaksi ketika ada adegan-adegan tertentu atau sampai
menmbaca running text pembuatan film tersebut.
2. MEDIA DINGIN
Media Dingin (Cool Media) adalah media yang membutuhkan
proses pelengkapan atau membutuhkan tingkat partisipasi yang sangat tinggi.
Dengan kata lain, media ini memiliki definisi yang rendah. Maksudnya, media
dingin menuntut khalayak untuk memaknai setiap hal yang disuguhkan oleh media
dan melengkapinya sehingga khalayak mengerti apa maksud dari media tersebut.
Contohnya:
· Gambar Karikatur. Gambar Karikatur ini memiliki
definisi yang rendah karena memiliki sedikit informasi visual yang bisa membuat
langsung mengerti. Bahkan kita harus bersusah payah menyediakan ide untuk
melengkapi arti dari gambar tersebut.
HUKUM
MEDIA
Hukum Media (Law of Media) juga merupakan turunan dari
McLuhan setelah meneliti adanya pergeseran yang cukup significant terhadap ketertarikan
manusia pada setiap era. Hukum tersebut dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. PENINGKATAN (ENHASEMENT)
Hukum peningkatan disini adalah adanya peningkatan dalam
masyarakat yang memperkuat tingkat kecerdasan, eksistensi dan bahkan pla
hidupnya. Pegeseran tersebut membuat manusia sangat peka terhadap
tekhnologi.
Contohnya adalah:
Adanya perkembangan yang cukup signifikan dalam
dunia internet dimana saat ini internet bisa membuka cakrawala pikiran manusia
untuk melakukan kontak tanpa adanya keterbatasan.
2. KETINGGALAN ZAMAN (OBSOLESCENCE)
Hukum media yang satu ini memiliki arti bahwa pada masa
tertentu, tekhnologi yang kita kuasai tiba-tiba akan menjadi sesuatu yang kuno
dan ketinggalan jaman.
Contohnya:
Dahulu Televisi Hitam Putih pada tahun 1960-an
merupakan benda dewa yang diagung-agungkan manusia. Tapi saat ini teknologi TV
tersebut sudah menjadi teknologi kuno karena saat ini berkembang televisi
berwarna dan bahkan layar datar bukan lagi tabung.
3. PENGAMBILAN KEMBALI (RETRIEVAL)
Hukum yang yang ketiga lebih kepada terjadinya proses
pengambilan kembali sesuatu yang pernah ada kemudian hilang kemudian mengalami
pembaharuan, perbaikan dan penyempurnaan.
Contohnya:
Percakapan muka atau direct conversation bisa digantikan dengan system
face-to-face online dengan menggunakan SKYPE.
4. PEMUTARBALIKAN (REVERSAL)
Hukum yang ketika ini lebih berbicara pada pola sick and cure.
Sick and cure berbicara tentang media bisa jadi sumber malapetaka dan
bisa menjadi malaikat penolong bagi penggunanya.
Contohnya:
Kasus Video asusila Luna Maya dan Ariel Peterpan yang diberitakan
oleh beberapa media televisi menjadi sebuah senjata pemusnah karier bagi oknum
yang terlibat. Tetapi dari sana pula timbul sebiuah gelombang pro Ariel yang
berusaha membela Ariel dengan membuat statement bahwa Ariel hanyalah korban.