Sabtu, 10 Desember 2016

PEMIKIRAN MARSHALL MCLUHAN TENTANG MEDIA

Ecology Media by Marshall Mc Luhan
HISTORICAL EKOLOGI MEDIA
Neil Postman adalah tokoh yang pertama memperkenalkan secara formal istilah Ekologi Media pada tahun 1968. Stephen W. Little Johnmenyebutnya dengan nama Teori Medium. Beberapa pakar bahkan ada yang menamainya Teori Determinisme Teknologi. Istilah yang terakhir ini tidak terlalu mendapat tanggapan karena terkesan berlebihan. Dasar dari teori ini adalah sebuah pernyataan yaitu: “khalayak seolah digambarkan bersifat pasif dan terpisah dengan teknologi”. Padahal dalam konsep teori ini, khalayak justru dapat memperoleh kemampuan aktif dan tidak terpisahkan dengan media.
Menurut Ricard West dan Lynn H. Turner (2008), Lance Strate mendefinisikan Ekologi Media sebagai:
“Kajian mengenai lingkungan media, ide bahwa teknologi dan teknik, mode penyampaian informasi dan kode komunikasi memainkan peran utama dalam kehidupan manusia”.
Adapun penamaan Teori Medium diberikan karena secara khusus dalam teori ini dikenal istilah “medium adalah pesan” (medium is the message)[1].
Dalam perspektif teori ini, bukan pesan yang mempengaruhi kesadaran kita tetapi medium. Mediumlah yang lebih besar mempengaruhi bawah sadar kita. Medium membentuk pesan, bukan sebaliknya.
Misalnya:
Berita demostrasi di Mesir yang menuntut mundurnya Presiden Husni Mubarak pada akhir Januari – Februari 2011.
Bandingkan respon publik jika mereka diterpa berita itu melalui koran dengan televisi. Koran adalah medium. Televisi adalah medium. Untuk pesan yang sama seperti berita demostrasi di Mesir, apakah medium itu juga mempengaruhi kesadaran kita dengan kualitas yang sama?
Konsep dasar teori ini pertama kali dikemukakan oleh Marshall McLuhan (1964). Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh mentornya, ekonom berkebangsaan Canada, Harold Adams Innis (1951).
McLuhan adalah ilmuwan sekaligus kritikus sastra berkebangsaan Canada. Ia menggunakan puisi, fiksi, politik, teater musikal dan sejarah untuk menunjukkan bahwa teknologi yang menggunakan media membentuk perasaan, pikiran, dan tindakan manusia. McLuhan menyatakan bahwa kita memiliki hubungan yang sifatnya simbiosis dengan teknologi yang menggunakan media. Manusia menciptakan teknologi, dan sebaliknya teknologi tadi membentuk manusia. Inilah yang menjadi konsep dasar dari teori ekologi media.

Asumsi teori ekologi media
1.      Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat atau Dalamsebuah media yang terpenting adalah teknologinya, bukan isinya.
Dalam perspektif McLuhan, media tidak dilihat dalam konsep yang sempit, seperti surat kabar / majalah, radio, televisi, film, atau internet. Dalam konsep yang luas, McLuhan melihat medium sebagai apa saja yang digunakan oleh manusia. Termasuk jam dingding, angka, uang, jalan, bahkan permainan adalah medium. Jadi maksud disini adalah:
Dalam berkomunikasi, manusia mungkin saja tidak menggunakan media massa. Tetapi mereka tidak dapat menghindarkan diri dari berkomunikasi dengan menggunakan suara, kata, isyarat, yang memediasi mereka dalam menyampaikan pesan (baca: medium).
Contoh:
Dalam keadaan sendiri di hutan belantara, gurun, atau laut sekali pun, manusia senantiasa dikelilingin medium yang membawa pesan yang dapat diinterpertasikannya. Meski medium itu hanya berupa suara binatang, gemuruh angin, atau riak gelombang.
Kisah radio dan televisi sebenarnya menjadi dasar teori ini lahir. Jauh sebelum TV ditemukan orang lebih familiar dengan radio dan koran, dan saat itu kedua media massa itulah yang merajai masyarakat.
Namun, ketika televisi lahir, masyarakat pun berbondong-bondong meninggalkan radio dan koran yang dianggap isinya tidak lagi memenuhi kebutuhan masyarakat. Yang sebenarnya terjadi, bukan isinya lah yang dinikmati oleh masyarakat, tetapi teknologi yang ditawarkan oleh televisi itu sendiri.
Berbeda dari radio dan koran yang hanya mengusung teknologi audio atau teknologi visual saja, maka televisi kala itu hadir dengan kombinasi hebat dari dua teknologi tersebut: audio dan visual. Inilah yang menjadikan televisi kemudian hadir menggantikan radio dan koran kala itu.
2.      Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman.
Dalam asumsi kedua teori Ekologi Media melihat media sebagai sesuatu yang langsung mempengaruhi manusia. Cara manusia memberi penilaian, merasa, dan bereaksi cenderung dipengaruhi oleh media. Dalam asumsi ini McLuhan menilai media cukup kuat dalam membentuk pandangan kita atas dunia.
Itulah mengapa kita menyebutnya EKOLOGI. “Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya.”[2] Media akan terus berubah seiring dengan pertumbuhan dan dinamisme masyarakat, akan terus berubah seiring dengan kebutuhan masyarakat. Dan sebaliknya, masyarakat pun berubah mengikuti perubahan media. 
3.      Media menyatukan seluruh dunia.
Dalam asumsi ketiga teori ekologi media menyatakan bahwa setiap pertistiwa atau hal yang dilakukan di belahan dunia lain, dapat diketahui atau menjalar ke belahan dunia lain. Akibat dari hal tersebut, McLuhan menyebut, manusia kemudian hidup di sebuah desa global(global village). Media seolah mengikat dunia menjadi sebuah kesatuan sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar.
Konsep Global Village berarti tidak akan ada lagi batasan antar belahan dunia manapun untuk saling mengetahui kegiatan satu sama lain. Apa yang terjadi di belahan Kutub Utara misalnya dalam hitungan sepersekian detik akan dengan mudah diketahui pula oleh masyarakat di belahan Kutub Selatan. Dengan adanya internet, membuat kita mempermudah semua hal itu. Dengan menggunakan social media¸memudahkan kita untuk berinteraksi dengan SIAPAPUN dan DIMANAPUN.

Memahami Sejarah Media
ERA TRIBAL
“Era dimana tradisi lisan dianut dan pendengaran merupakan indra yg sangat penting”.
Orang belum mengenal tulis menulis. Di masa ini, menurut McLuhan, budaya berpusat pada telinga. Orang mendengar tanpa memiliki kemampuan untuk menyensor pesan-pesan. Konteks komunikasi hanya bersifat tatap muka.Ini yang membawa masyaraka kolektif.
ERA MELEK HURUF
“Era dimana komunikasi tertulis berkembang pesat dan mata menjadi  indra yg dominan”.
Era  ini ditandai dengan pengenalan abjad. Konteks komunikasi sosial sudah bersifat tidak langsung karena dapat diwakili oleh tulisan. “Dunia tertulis” memberi konsekuensi lahirnya masyarakat individualistis.


ERA CETAK
“Era dimana mendapatkan informasi melalui kata-kata tercetak  dan penglihatan merupakan indra yang dominan”.
Di era ini McLuhan menyebut buku sebagai “mesin pengajar pertama”. Segala macam tulisan dapat diduplikasi dengan jumlah yang banyak. Di era ini teknologi yang utama adalah percetakan dengan mengandalkan penglihatan sebagai indera yang dominan. Sama dengan era melek huruf.
ERA ELEKTRONIK
“Era dimana media elektronik melingkupi semua indra kita,memungkinkan orang-orang di seluruh dunia untuk terhubung”.
Dalam era ini Media menjadi perpanjangan hampir seluruh indera manusia. Telepon dan radio perpanjangan tradisi lisan. Televisi perpanjangan penglihatan dan pendengaran. Komputer / internet juga hadir sebagai perpanjangan seluruh indera dengan menggabungkan ragam media (cetak, audio, visual) hingga ia disebut multimedia.
Komputer merupakan hal yang paling luar biasa dari semua busana teknologi yang pernah diciptakan karena komputer merupakan perpanjangan dari sistem syaraf pusat kita.

MEMPERKIRAKAN TEMPERATUR MEDIA
Untuk memahami perubahan structural besar dalam pandangan hidupa manusia (McLuhan, 1964, hal VI) McLuhan mengklasifikasikan media menjadi 2 jenis yaitu:
1.      MEDIA PANAS
Media Panas (Hot Media) adalah media yang menuntut sedikit dari pendengar, pembaca atau para penonton. Pada intinya, manusia tidak dituntut apa-apa hanya menikmati yang sudah ada.
Contohnya:
·         Ketika kita sedang menonton bioskop, kita akan duduk, menonton, bereaksi ketika ada adegan-adegan tertentu atau sampai menmbaca running text pembuatan film tersebut.
2.      MEDIA DINGIN
Media Dingin (Cool Media) adalah media yang membutuhkan proses pelengkapan atau membutuhkan tingkat partisipasi yang sangat tinggi. Dengan kata lain, media ini memiliki definisi yang rendah. Maksudnya, media dingin menuntut khalayak untuk memaknai setiap hal yang disuguhkan oleh media dan melengkapinya sehingga khalayak mengerti apa maksud dari media tersebut.
Contohnya:
·         Gambar Karikatur. Gambar Karikatur ini memiliki definisi yang rendah karena memiliki sedikit informasi visual yang bisa membuat langsung mengerti. Bahkan kita harus bersusah payah menyediakan ide untuk melengkapi arti dari gambar tersebut.

HUKUM MEDIA
Hukum Media (Law of Media) juga merupakan turunan dari McLuhan setelah meneliti adanya pergeseran yang cukup significant terhadap ketertarikan manusia pada setiap era. Hukum tersebut dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1.      PENINGKATAN (ENHASEMENT)
Hukum peningkatan disini adalah adanya peningkatan dalam masyarakat yang memperkuat tingkat kecerdasan, eksistensi dan bahkan pla hidupnya. Pegeseran tersebut membuat manusia sangat peka terhadap tekhnologi.
Contohnya adalah:
Adanya perkembangan yang cukup signifikan dalam dunia internet dimana saat ini internet bisa membuka cakrawala pikiran manusia untuk melakukan kontak tanpa adanya keterbatasan.
2.      KETINGGALAN ZAMAN (OBSOLESCENCE)
Hukum media yang satu ini memiliki arti bahwa pada masa tertentu, tekhnologi yang kita kuasai tiba-tiba akan menjadi sesuatu yang kuno dan ketinggalan jaman.
Contohnya:
Dahulu Televisi Hitam Putih pada tahun 1960-an merupakan benda dewa yang diagung-agungkan manusia. Tapi saat ini teknologi TV tersebut sudah menjadi teknologi kuno karena saat ini berkembang televisi berwarna dan bahkan layar datar bukan lagi tabung.
3.      PENGAMBILAN KEMBALI (RETRIEVAL)
Hukum yang yang ketiga lebih kepada terjadinya proses pengambilan kembali sesuatu yang pernah ada kemudian hilang kemudian mengalami pembaharuan, perbaikan dan penyempurnaan.
Contohnya:
            Percakapan muka atau direct conversation bisa digantikan dengan system face-to-face online dengan menggunakan SKYPE.
4.      PEMUTARBALIKAN (REVERSAL)
Hukum yang ketika ini lebih berbicara pada pola sick and cure. Sick and cure berbicara tentang media bisa jadi sumber malapetaka dan bisa menjadi malaikat penolong bagi penggunanya.
Contohnya:
Kasus Video asusila Luna Maya dan Ariel Peterpan yang diberitakan oleh beberapa media televisi menjadi sebuah senjata pemusnah karier bagi oknum yang terlibat. Tetapi dari sana pula timbul sebiuah gelombang pro Ariel yang berusaha membela Ariel dengan membuat statement bahwa Ariel hanyalah korban.

Sumber: Modul Kuliah Komunikasi Massa oleh Morissan. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Mercubuana.